Tuesday, April 12, 2011

Orang kaya makin kaya, dan orang miskin makin miskin.

Semua pasti tau kan tentang pembangunan jalan layang di kuningan yang menghabiskan dana kurang lebih 900milyar? Atau berita tentang pembangunan gedung dpr yang menghabiskan dana trilyunan? Memang sih, semua yang dibangun dari uang rakyat yang (katanya) juga untuk rakyat itu pasti ada tujuan positifnya, tapi bukannya masih banyak pihak lain yang lebih membutuhkan dana sebanyak itu? Jika diibaratkan ada 900 kepala keluarga miskin, bukan kah mereka lebih layak menerima dana 10juta perorang (10jt x 900 = 900milyar)? 10juta bagi sebagian pengguna 'calon' jalan layang itu mungkin kecil, tapi bagi sebagian orang yang biasanya 'beristirahat' dibawah jalan layang itu 10jt sangat berarti, itu bisa menambah modal mereka untuk bisa membangun kehidupan sederhana yang lebih baik. Sebelum jalan layang tersebut dibangun, ada penggusuran kawasan kumuh, ya mereka memang salah karena nekat ke jakarta padahal tidak punya keahlian, bahkan tempat tinggal pun mereka tidak punya. Tapi mereka melakukan itu semua untuk bisa bertahan hidup, untuk bisa makan walapun jarang sekali mereka merasakan nikmatnya pizza atau steak, mereka melakukan itu semua untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya agar mereka bisa mengalami mobilitas vertikal naik, karena kampung mereka tidak ada yang meperhatikan sehingga mereka mencoba mengadu nasib di kota besar.

Dana yang berlimpah kebanyakan dihabiskan untuk membangun gedung-gedung mewah di kota besar. Mengapa membangun jalan layang yang menghabiskan dana trilyunan bisa, tapi membangun jalan di wilayah kalimantan yang sudah hancur karena truk-truk pertambangan rasanya sulit sekali? Padahal kalimantan kaya akan SDA alam yang pada akhirnya hanya dinikmati oleh orang-orang berduit.

Kenapa gue bilang 'orang kaya makin kayak dan orang miskin makin miskin', gini contoh kecilnya, kaka gue lagi menjalani Koas (semacam pendidikan percobaan di rumah sakit sebelum mendapat gelar dokter umum), kaka gue hanya boleh menangani pasien kelas bawah, mereka sama sekali tidak boleh 'memegang' pasien kelas atas yang kamarnya sudah sangat nyaman, karena pasien kelas atas hanya boleh ditanganin oleh dokter spesialis ataupun dokter umum. Itu berarti untuk mendapatkan suatu pelayanan yang baik harus ada uang yang banyak kan? Mereka yang uangnya pas-pas an, bahkan mendapat dana gratis untuk berobat dari pemerintah harus pasrah mendapat pelayanan secukupnya. Mereka harus ikhlas bila harus tidur sekamar dengan belasan orang, dan bahkan jika ruangan tidak cukup mereka harus rela tidur di sepanjang lorong rumah sakit.

Gue gabisa munafik, gue juga menikmati fasilitas mewah di ibukota, gue bisa jalan-jalan di mall, menikmati jalan layang yang harganya milyaran dengan mobil yang nyaman juga. Gue belum punya solusi untuk mengatasi kemiskinan dan gue juga belum bisa menciptakan perubahan strata untuk rakyat-rakyat miskin di indonesia. Gue menulis ini bukan karena gue ingin menjatuhkan atau menilai sistem di negara ini, tapi karena gue sedih melihat ketidak adilan dan kesenjangan sosial antara yang sangat terlihat antara si kaya dan si miskin.

Akhir-akhir ini banyak kasus tentang permainan uang. Semua pasti tau kan tentang kasus penggelapan dana nasabah? Atau para koruptor yang dengan mudah mengantongi dana rakyat. Jika mereka tertangkap dan masuk penjara, mereka bisa membangun kamar penjara yang lebih mewah dari kamar hotel bintang 5. Bandingkan dengan anak SD yang saat ada tawuran melihat ada kartu perdana senilai 10.000 tergeletak dan mengambilnya, hanya karena kartu mereka harus diproses dipengadilan. Memang sih itu namanya penegakan keadilan, tapi itu tidak berperi kemanusiaan jika dibandingkan dengan koruptor yang mengambil dana 10 milyar dan bisa bebas kabur ke luar negri untuk bersembunyi sekaligus menikmati hartanya. Ini negara hukum yang menganut sistem demokrasi rakyat, tapi kenapa harus hukum dan rakyat juga yang dijadikan permainan? Ada yang bisa menjawab?

No comments: