Monday, August 6, 2012

Keindahan Pulau Lombok dan Gili Trawangan

Lombok! Yeay, akhirnya keinginan untuk berlibur dan menjelajah Pulau Seribu Masjid ini terkabul juga. Yang lebih asiknya lagi, trip kali ini berbeda karena saya ke Lombok bareng Kisty sahabat saya, Anak Asyik dan Trinity Traveler. Kok bisa? Gini ceritanya, bulan Juni kemarin, saya mengikuti salah satu kontes yang diadakan Anak Asyik, yaitu kontes Travel Asyik. Eh tapi sebelumnya, udah pada tau belum Anak Asyik itu apa?

Jadi, anak asyik itu adalah sebuah website yang disusun para pegiat sosial media di Indonesia yang didukung oleh Acer Group Indonesia yang berisi panduan tentang etika internet terutama saat menggunakan social media. Awalnya saya tau tentang Anak Asyik dari twitter Ka Sitta Karina karena ternyata Ka Sitta Karina menjadi juri kontes NulisAsyik yang juga diadakan oleh Anak Asyik. Motivasi saya mengikuti kontes ini sebenarnya karena tergiur dengan hadiahnya, hehe, yaitu notebook Acer Slim Aspire V5 dan liburan ke lombok bareng Trinity Traveler sekaligus bisa mengajak salah satu sahabat saya untuk ikut ke Lombok.

Udah baca blogpost saya sebelum ini yang berisi tempat-tempat wisata di Yogyakarta kan? Tulisan itu lah yang saya ikut sertakan dalam kontes. Dan... Alhamdulillah saya memenangkan kontes tersebut. Nah, inget banget pas ditelfon admin Anak Asyik itu saya sedang sendirian jalan-jalan di Malioboro sampe gatau harus histeris ke siapa. Sekarang waktunya saya menceritakan perjalanan saya ke Lombok bulan Juli kemarin.

Awalnya saya mengajak kakak dan adik saya untuk ikut ke Lombok, tapi sayangnya mereka berdua sama-sama ada acara di hari itu. Setelah bengong sendirian sambil makan Froyo di Mall Malioboro, akhirnya saya pun menelfon Kisty, salah satu sahabat saya di kampus. Saat saya mengajaknya lewat telfon dia sampai bilang "Ih ini beneran apa aku lagi dikerjain sih?". Yap! Akhirnya kami berdua pun pergi ke Lombok. Kami pun janjian bertemu di Bandara Soekarno Hatta danbertemu dengan Ka Trinity Traveler dan Ka Dita dari pihak Acer ID.

Setelah menempuh perjalanan dari Jakarta selama kurang lebih satu setengah jam, akhirnya sampai juga di Lombok International Airport. Bandaranya bagus dan bersih karena ternyata itu adalah bandara baru di Lombok yang menggantikan bandara sebelumnya, yaitu Selaparang Airport yang sekarang sering dijadikan sebagai tempat berlangsungnya acara-acara besar di Lombok.

Bandar Udara Internasional Lombok
Setelah beberapa saat menunggu bagasi diturunkan dari pesawat, kami berempat menuju pintu keluar dan langsung disambut oleh tour guide bernama Adi yang menemani kami selama di Lombok. Saat keluar, matahari sudah lumayan terik, itu tandanya... waktunya makan siang! :D

Perjalanan dari bandara menuju rumah makan lumayan jauh. Tapi tidak terlalu terasa karena kami disuguhi pemandangan sawah dan pohon-pohon turi di sepanjang jalan. Pohon-pohon turi itu biasanya dirawat oleh masyarakat sekitar sampai batangnya besar kemudian daun-daunnya dipangkas dan batangnya dijadikan sebagai pagar.

Sepanjang jalan, tour guide yang menemani kami tak henti-hentinya bercerita tentang Lombok. Salah satu yang ia ceritakan adalah tentang tradisi "menculik" gadis untuk dinikahi. Jadi, gadis-gadis asli Suku Sasak itu diculik oleh pacarnya sebelum dinikahi. Hehe gimana ada yang mau juga diculik cowok Lombok? :p

Pemandangan Gunung Rinjani yang indah mulai terlihat jelas setelah kami melewati RSJ Provinsi Lombok. Sebelum sampai di rumah makan, kami juga melewati jembatan yang berada pas di atas Sungai Jangkuk.

Nah, belum lengkap rasanya kalau belum mencoba ayam taliwang, makanan khas lombok yang katanya super pedas itu.

Ayam Taliwang

Ayam taliwang di rumah makan ini bumbunya sudah disesuaikan dengan lidah turis, sehingga tidak terlalu pedas. Kami juga disajikan ikan bumbu pedas yang menurut saya rasanya lebih enak. Sayang sekali sangking laparnya saya sampai lupa untuk mengambil gambarnya. Malah tempe dan tahu ini yang saya foto. 


Kalau yang ini namanya Beberuk, aneh ya? Tapi rasanya enak. Bentuk masakannya sedikit mirip dengan karedok. Beberuk ini pasangannya adalah plecing kangkung. Nah, sambal yang disajikan dengan plecing kangkung ini menurut saya yang paling enak dari seluruh sambal yang disajikan siang itu. Selama makan kami semua sama-sama kepedesan dan sama-sama tidak tahu sambal mana yang paling pedas. Ternyata saat semua sambal dari masing-masing makanan tercampur baru lah terasa pedas. Lagi puasa? Jangan ngiler ya melihat foto-foto makanan ini, hehe.

Beberuk
Ada yang tau nama sayur ini? Sayur Lebui! Haha lucu ya namanya. Bentuknya seperti sayur terong, tapi sebenarnya isinya itu mentimun. Menurut saya, warna sayur ini agak menyeramkan karena warna potongan timun dan kuahnya abu-abu tua kehitaman.

Sayur Lebui
 Setelah menghabiskan buah penutup dan menyeruput sedotan terakhir jus nanas yang segar akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke Pura dan Kemaliq Lingsar.

Ini dia salah satu bagian depan Pura yang kami lewati sebelum masuk ke bagian utamanya. Agama lain selain Hindu juga bisa beribadah dengan khusyu di dalam Pura ini lho :)

Pura Lingsar
Sebelum masuk ke dalam Pura, kami diwajibkan memakai selendang kuning sebagai tanda penghormatan. Di depan pintu masuk juga ada beberapa meja yang menyediakan kerajinan tangan khas lombok. Seperti kerajinan yang berbahan dasar kayu di bawah ini.

Cindera mata di depan pintu masuk Pura Lingsar
Ada beberapa kewajiban dan larangan sebelum memasuki Kemaliq Lingsar, yaitu harus meminta izin kepada amangku kemaliq atau petugas, memakai sabuk tradisional adat, berpakaian rapi, tidak mengganggu orang yang sedang melakukan upacara ritual, tidak boleh membawa daging babi dan tidak boleh membunyikan musik. Wanita yang sedang menstruasi juga dilarang untuk masuk ke dalam. Setelah diceritakan sedikit tentang Pura ini, akhirnya kami masuk ke dalam.

Kami pun mencoba mempraktekkan beberapa mitos yang ada di Pura ini. Yang pertama, melempar koin ke kolam yang mitosnya jika berhasil memasukkan koin ke dalam kolam sambil memanjatkan keinginan dengan membalikan badan dan menutup mata tandanya keinginan tersebut akan cepat terkabul. Saya dan kisty berhasil lho :p

Kisty mempraktekan mitos melempar koin
Kolam koin
Foto yang diatas itu lah penampakan kolam dengan air jernih yang didasarnya terdapat banyak koin. Jangan putus asa kalau datang kesini tanpa membawa koin karena di pintu masuk terdapat banyak anak-anak kecil yang menawarkan uang-uang koin. Mitos selanjutnya adalah menghitung batu keramat yang letaknya ada disamping kolam koin.


Kami diberi kesempatan untuk menghitung batu-batu keramat ini dalam hati. Mitosnya, jika kita berhasil menghitung dengan hitungan yang sama tiga kali berturuh-turut artinya kita akan mendapat keberuntungan. Dan kami berempat berhasil! Tapi anehnya, hitungan kami berempat tidak ada satupun yang sama. Heran, kok bisa gitu ya?

Batu Keramat

Ada satu mitos lagi, yaitu ikan keberuntungan. Jadi, di Pura ini terdapat mata air yang dianggap suci. Apabila kita mengunjungi kolam mata air itu dan ada ikan yang keluar maka tandanya kita juga akan mendapat keberuntungan. Berbagai cara biasanya dilakukan untuk memanggil ikan tersebut, salah satunya dengan menaruh telur rebus agar ikannya terpancing untuk keluar.

Saya bersama Kisty dan Ka Trinity di depan salah satu kolam di Pura Lingsar
Selanjutnya kami menuju pintu masuk Pura yang menurut saya warna dan ukiran pintunya bagus banget.

Pintu masuk Pura Lingsar
Peresmian Pura Lingsar
Kolam di depan pintu masuk Pura Lingsar
Setelah puas berkeliling di komplek Pura dan Kemaliq Lingsar, kami pun melanjutkan perjalanan ke Taman Mayura. Mayura itu bahasa sansekerta yang artinya burung merak. Kenapa dinamakan mayura? Karena katanya disini banyak burung merak yang dulu sengaja ditaruh di taman untuk memangsa ular yang berkeliaran. Tapi yang disayangkan, sepanjang saya berkeliling komplek tidak melihat burung merak seekor pun.

Mayura Park
Sebelum memasuki pintu masuk kami juga diharuskan memakai selendang sebagai tanda penghormatan seperti saat di Pura Lingsar, bedanya disini selendangnya berwarna merah. Setelah pintu masuk, kami disuguhkan pemandangan sebuah bangunan terapung yang biasa disebut Bale Kambang. Dulunya bale kambang ini digunakan sebagai tempat pengadilan saat terjadi perkara.

Bale Kambang
Pura di Taman Mayura

Puas sudah menikmati suasana Taman Mayura yang tenang dan asri. Lalu, kami pun kembali melanjutkan perjalanan menuju hotel untuk check in dan beristirahat sejenak. Lagi-lagi kami disuguhkan pemandangan yang indah sepanjang perjalanan. Seperti foto dibawah ini yang saya ambil dari balik kaca mobil yang berjalan lumayan cepat. Kalau saya yang membawa mobil rasanya ingin berhenti disetiap sudut untuk melihat pemandangan-pemandangan seperti ini.


Setelah menebak-nebak dalam hati hotel seperti apa yang akan kami datangi, akhirnya sampai juga. Ternyata... diluar dugaan saya! Hotelnya bagus, nyaman, dan yang paling asik kamar kami pas di pinggir Pantai senggigi, jadi kalo buka jendela dan pintu teras kamar kami bisa langsung melihat pemandangan pantai yang indah :D

Saya dan Kisty sangat penasaran dengan sunset yang katanya indah terlihat dari pantai ini. Rasa capek kami pun kalah dengan rasa histeris ingin menikmati suasana pantai padahal Ka Dita dan Ka Trinity langsung tidur setelah beres-beres. Hehe maklum saja, beberapa hari sebelum liburan ini kami masih berpusing-pusing dengan ujian dan tugas kuliah.

Kisty di Pantai Senggigi
Saya! :p
Bagian Pantai Senggigi tempat kami menunggu sunset ini tidak terlalu ramai, suasana disini lumayan tenang, rasanya jadi ingin setiap sore duduk di pinggir pantai seperti ini :) Kami pun hanya melihat dua pedagang yang menawarkan gelang-gelang yang bisa dijahit nama kita dan jasa membuat temporary tattoo. Btw, Saya sangat suka duduk dan leyeh-leyeh di atas pasir terutama di atas pasir yang lembut seperti di pantai ini. Kalau saya sudah punya rumah nanti ingin rasanya membuat satu spot yang lantainya berisi pasir yang lembut :p

Sore hari di Pantai Senggigi

Lama kelamaan, angin pantai mulai berkurang dan langit pun lama-lama berubah warna menjadi keemasan. Satu keluarga yang juga bersantai di pinggir pantai ini juga sudah tidak terlihat. Jadi, tinggal lah saya bersama kisty dan beberapa pasangan yang lagi pacaran, hmm.


Matahari terbenam tidak sepenuhnya kami lihat dari pinggir pantai ini, Mungkin itu salah satu alasan mengapa pada jam segitu pantai ini sepi. Tapi menurut saya suasana maghrib ini tetap indah. Berhubung saya tidak membawa tripod, jadilah hanya foto langit senja ini yang bisa jelas saya ambil.

Pemandangan matahari yang mulai tenggelam di Pantai Senggigi

Pas sekali, Ka Trinity dan Ka Dita terbangun dari tidurnya setalah kami selesai menikmati deburan angin sore di pantai. Rasa lapar juga sudah mulai terasa dan segera lah kami menuju salah satu restauant di pinggir pantai. Susananya enak banget, makan di atas kursi dan meja yang berada pas di atas pasir pantai di pinggi laut. Makanannya juga enak-enak :) Pas duduk kami terbengong-bengong melihat pohon yang terlihat romantis karena disinari lampu laser. Awalnya kami kira itu salah satu fasilitas dari restoran. Tapi ternyata bukan, yang kami lihat itu adalah salah satu cara 'iklan' penjual laser di pinggir pantai. Di dekat kami duduk juga ada beberapa meja yang menyediakan cinderamata khas lombok, seperti kaos, mutiara, gelang, dll. Saya tidak terlalu jelas melihat karena gelap dan mata saya sudah terfokus pada hidangan di atas meja yang menggugah selera.

Ayam, ikan, udang, dan cumi bakar
Sebelum tidur, saya dan Kisty sudah sama-sama bertekad untuk bangun pukul empat pagi untuk melihat sunrise di Pantai Senggigi. Tapi kenyataannya kami malah terbangun pukul 7. Yah, pupus sudah rencana kami itu. Rasa kecewa kami terobati saat melihat suasana pantai di pagi hari. Pasti asik sekali ya kalau punya rumah di pinggir pantai seperti hotel ini. Jadi teringat salah satu drama korea yang sempat booming itu :p

Pemandangan pagi Pantai Senggigi

Perut sudah kenyang dengan sarapan yang disediakan hotel. Itu tandanya kami harus segera check out karena malam selanjutnya kami akan bermalam di Gili Trawangan.

Selama perjalanan dari hotel menuju pelabuhan tempat kapal kecil yang akan membawa kami ke Gili Trawangan, kami melewati Bukit Malimbu. Nah, dari atas situ baru lah terlihat hamparan laut biru dan Pantai Senggigi yang sangat-sangat indah.

Pemandangan dari atas Bukit Malimbu
Jalan raya di atas bukit
Kami tidak mau melewatkan pemandangan seindah itu sehingga kami pun menyempatkan diri untuk berhenti sejenak di atas bukit. Huah, bagus banget...

Ka Dita - Ka Trinity - Kisty - Saya

Selain kami, banyak juga wisatawan lain yang berhenti di spot ini. Sampai-sampai ada tukang parkir yang setia menjaga mobil kami disini. Selain tukang parkir, banyak juga pedagang yang menawarkan pernak-pernik berbahan dasar mutiara, entah lah itu mutiara asli atau imitasi.

Tukang parkir di atas Bukit Malimbu

Belum puas dengan pemandangan dari bukit malimbu satu tadi, kami pun kembali berhenti di bukit malimbu dua. Sama-sama bagus pemandangannya :D Melihat laut biru dati ketinggian bukit itu rasanya jadi ingin terjun untuk berenang di laut.

Bukit Malimbu Dua
Bukit Malimbu
Setelah puas menikmati pemandangan pantai dan laut dari atas Bukit Malimbu akhirnya kami sampai di Pelabuhan Bangsal untuk naik kapal kecil yang akan mengantar kami ke Gili Trawangan. Gili itu dalam bahasa sasak artinya pulau kecil. Desiran ombak yang lumayan besar menemani perjalanan kami. Kapal kecil yang tidak berjendela itu terus menerus bergoyang terbawa ombak dengan kencang sampai baju kami pun ikutan basah. Sejujurnya saya sangat menikmati sensasi perjalanan selama di kapal itu. Sensasinya jauh lebih asyik dari arung jeram di dufan.

Setelah selama kurang lebih satu jam di terguncang-guncang dalam kapal akhirnya sampai juga di Gili Trawangan. Saat sampai saya tidak henti-hentinya berdecak kagum. Pantai pasir putih, gradasi warna biru laut, langit biru yang cerah, awan putih, dan pemandangan Gunung Rinjani yang terlihat begitu jelas dari pantai benar-benar membuat saya histeris dan senyum-senyum sendiri :p

Gili Trawangan
Boat untuk menyebrang dari Pulau Lombok dan Pulau Bali

Melihat langit yang sangat cerah dan suasana laut yang bersahabat membuat kami ingin cepat-cepat berganti baju renang dan nyebur ke laut. Jadilah setelah selesai check in di salah satu hotel yang letaknya juga pas di pinggir pantai, kami langsung berganti baju renang dan tidak lupa berfoto dengan banner Anak Asyik. Foto-foto ini kami ambil sebelum kulit kami belang, hehe.

Kisty - Saya - Ka Trinity dengan banner Anak Asyik
Ka Trinity
Saya :D
Ka Trinity dan Kisty
Cafe di pinggir Pantai
Sebelum naik kapal kecil lagi untuk menuju tengah laut dan snorkeling, kami beristirahat sejenak untuk makan snack di pinggir pantai, ya serasa beremur di pantai kayak bule-bule. Sejauh mata memandang di sekililing kami jarang sekali kami melihat orang asli Indonesia yang juga berlibur. Berasa lagi di luar negeri karena isinya bule-bule. Apalagi di pinggir pantai itu, cuma kami satu-satunya kelompok Indonesia disitu. Aneh ya pulau sebagus ini kok malah sepi penduduk asli Indonesa yang berlibur padahal itu pas liburan sekolah lho. Mungkin orang Indonesia tidak suka ke tempat-tempat seperti ini ya soalnya takut kulitnya belang :p

Kapal yang kami naiki menuju tengah laut adalah Glass Bottom boat. Jadi, sepanjang perjalanan kami dapat melihat suasana di bawah laut. Saat diatas kapal saya hanya sebentar mengeluarkan kamera karena ombaknya besar dan saya tidak membawa pelindung kamera yang waterproof. Saya pun juga tidak sempat berfoto saat snorkeling huhu sayang sekali.



Glass Bottom Boat
Nah, foto dibawah ini itu lah salah satu bagian di tengah laut. Pas ditengah-tengah, saya, Kisty dan Ka Dita bersiap-siap memakai peralatan snorkeling dan ka Trinity dengan baju diving-nya. Setelah siap, kami pun langsung nyebur ke laut. Huaa.. rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Asik banget! Karena itu pertama kalinya saya berenang benar-benar di tengah laut yang ombaknya lumayan besar. Saya dan Kisty sibuk mencari-cari terumbu karang dengan warna-warna unik sampai kami menemukan terumbu karang dengan warna biru elektrik :D Oiya, pas ditengah laut, sepatu katak saya sempat terlepas, saya sempat panik soalnya saya pake pelampung dan tidak bisa diving. Untungnya ada Ka Trinity yang dengan berbaik hati menyelam untuk mengambilkan sepatu katak saya.

Desiran ombak di tengah laut
Berenang di tengah laut itu memang benar-benar menghabiskan tenaga membuat perut keroncongan. Setelah puas snorkeling dan berenang-renang di tengah laut, kami pun naik kapal lagi untuk kembali ke Gili Trawangan. Langsung lah kami menuju salah satu restaurant untuk menikmati santapan makan siang.

Sate Ikan

Ayam bumbu pedas manis
Capcay

Rasa capek rasanya hilang saat kembali melihat keindahan Gili ini. Setelah menghabiskan makan siang, kami kembali ke pinggir pantai. Ka Trinity dan Kisty langsung ke pinggir laut untuk mencari spot untuk berenang. Sedangkan saya dan Ka Dita memilih untuk leyeh-leyeh di kursi berjemur bareng bule-bule, hehe. Tidak sampai setengah jam, Ka Trinity dan Kisty kembali karena tidak berhasil menemukan spot yang asyik untuk berenang sebab airnya dangkal. Perjuangan untuk berenang tidak berhenti disitu dan kami pun menuju kolam renang hotel yang juga berdekatan dengan pantai dan kembali berenang sampai sore. Btw, pas berenang hidung Ka Trinity sempat terpentok pinggir kolam renang hingga berdarah, ckck.

Keindahan Gili Trawangan Bridge
Pemandangan Gunung Rinjani dari Gili Trawangan
Resturant di pinggir pantai


Setelah mandi dan beristirahat di kamar hotel, rasa lapar kembali datang dan kami pun menuju restaurant di pinggir pantai yang sudah di pesan. Ternyata paket makanan yang kami pesan itu sangat banyak sampai meja kami penuh dengan makanan. Di restaurant kami itu hanya kami lah satu-satunya kelompok asli Indonesia dan hanya meja kami lah yang penuh dengan piring makanan. Ketawan deh orang Indonesia makannya banyak dan campur-campur gini.

Sepajang jalan yang kami lewati malam itu terdapat berbagai macam toko yang menjual pernak-pernik pantai, seperti baju, tas, topi, sandal, dan berbagai cindera mata karena itu merupakan Pasar Seni di Gili Trawangan. Sepanjang jalan itu juga kami sering sekali digodain pelayang-pelayang yang menajaga restaurant, bahkan kisty sampai mau dilamar sama salah satunya :p Mungkin karena mereka jarang melihat wisatawan asli Indonesia yang berlibur kesitu. Ya, jadi lah kami yang kena sasarannya. Berbagai restaurant dan cafe pinggir pantai yang menyajikan beragam makanan dengan bentuk-bentuk yang unik juga sangat mudah dijumpai disini. Salah satu yang kami datangi adalah coffe shop ini.


Selain cafe dan restaurant, terdapat juga sebuah tempat semacam lapangan yang isinya pedagang-pedagang kaki lima yang menjual berbagai makan jajanan makanan. Hmm.. sepertinya harganya lebih terjangkau dibanding makan di restaurant. Tapi kami tidak sempat mencoba karena sangat penuh, terutama meja dan kursi makannya. Sebenarnya saya agak ngiler sih pas lewat.

Perut sudah kenyang dengan santapan malam dan segelas latte, saya dan yang lain pun kembali ke kamar hotel. Ka Trinity dan Ka Dita langsung beristirahat sedangkan saya dan Kisty hanya ke toilet sebentar lalu kembali keluar kamar. Kami sama-sama tidak mau melewatkan malam terakhir di Gili trawangan.

Kisty
Saya :D
Setelah duduk-duduk di salah satu tempat semacam library kecil yang disediakan hotel, saya dan Kisty langsung keluar dan menikmati pemandangan langit yang super-duper indah. Kami tercengah pas nengok ke atas dan melihat banyak sekali bintang yang terlihat sangat jelas. Saya sampai deg-deg an lho kalo liat ke atas, soalnya berasa kayak di dunia lain. Kami berjalan terus sampai ke ujung dan terus menerus terpukau dengan indahnya langit sampai akhirnya kami menemukan salah satu bagian di pinggir pantai yang ada lampu sorotnya. Kami langsung naik dan duduk-duduk di ujungnya. Huah.. menikmati angin malam yang kencang di pinggir laut dengan pemandangan langit yang bertaburan banyak bintang..

Suasana malam Gili Trawangan
Lagi-lagi sebelum tidur saya dan Kisty merencanakan bangun jam 4 untuk melihat matahari terbit. Dan seperti kemarin, kami kesiangan lagi padahal itu hari terakhir liburan kami. Pas berada di restaurant hotel untuk sarapan lagi-lagi saya dan Kisty bilang, "Berasa bukan di Indonesia..". Ya, karena jarang sekali melihat orang yang membawa nasi dengan lauk pauknya dipiring untuk sarapan. Kami duduk lantai atas restaurant saat sarapan dan pas dapat di bagian paling pinggir sehingga kami makan dengan pemandangan pantai yang dikelilingi gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia yang terlihat dengan jelas itu.

Jalan setapak di depan kamar hotel
Agak sedih rasanya mau meninggalkan Gili Trawangan hari itu. Rasanya belum puas karena belum selesai mengitari seluruh tempat di Gili ini. Keinginan untuk meminjam sepeda dan muter-muter bareng Kisty juga belum kesampaian. Selesai sarapan, saya dan Kisty pun kembali jalan-jalan untuk melihat suasana pagi. Saat toko-toko di sepanjang jalan belum buka, saat matahari belum terik, dan saat langit terlihat sangat bagus :D

.
Sweet, ya? :)
Gili Trawangan di pagi hari
Selesai check out, kami berempat kembali dijemput tour guide untuk berangkat menuju pelabuhan kapal yang akan mengantarkan kami kembali ke Pulau Lombok. Tapi bedanya, perjalanan kami ini tidak naik kendaraan bermotor karena di daerah sekitar pinggir pantai ini sepertinya tidak boleh dilewati kendaraan bermotor sehingga kami naik Cidomo. Cidomo itu semacam kereta kuda seperti delman atau bendi. Beberapa menit kami terguncang-guncang di atas cidomo. Saya sebenarnya suka kasian kalo naik kereta kuda seperti itu. Kasian sama kudanya huhu.

Kapal untuk menyebrang ke Pulau Lombok
Angin dan ombak besar kembali menemani perjalanan kami hingga sampai ke pelabuhan kapal. Kami pun kembali dijemput untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Ini dia pemandangan sawah yang berhasil saya foto dari balik kaca mobil.


Sebelum melanjutkan perjalanan ke Pantai Kuta Lombok, kami sempat berhenti di salah satu pusat oleh-oleh khas Lombok. Isinya lumayan lengkap, dari mulai baju, dress, hiasan rumah dari kayu, sandal, kalung, cincin, kain tenun, tas, dan masih banyak lagi. Saya pun menyempatkan diri untuk membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarga dan teman-teman.

Pusat oleh-oleh khas Lombok
Selain pusat oleh-oleh diatas, kami juga mampir ke pusat oleh-oleh makanan khas Lombok. Saat itu sudah siang dan perut kami kembali bergejolak. Akhirnya kami menuju sebuah restaurant di dekat Pantai Kuta. Saat itu saya baru menyadari kalau selama kami makan disini pasti salah satu makanannya adalah capcay dan salah satu buah penutupnya adalah nanas.

Setelah itu, kami menuju Pantai Kuta. Kalau mendengar Pantai Kuta, pasti ingatan kita akan tertuju pada salah satu pantai di Pulau Bali. Jangan salah, Pantai Kuta di Lombok ini tidak kalah indahnya dengan Pantai Kuta Bali. Suasana disini juga masih sangat sepi. Pas kami datang kesana, hanya ada beberapa bule yang sedang berjemur. Aneh sekali, pantai seindah ini kok sedikit sekali pengunjungnya. Oiya, di atas salah satu bukit di pantainya terdapat susunan lampu berbentuk tulisan L.O.V. E lho. Mungkin kalau malam bagus ya pas dinyalain.

Pantai kuta Lombok
Pasir Putih di Pantai Kuta Lombok
Ka Trinity di Pantai Kuta Lombok

Salah satu keunikan Pantai Kuta di pulau ini adalah bentuk pasirnya yang unik. Pasir putih disini berbentuk seperti butiran merica. Lucu banget, sampai-sampai saya mengambil botol air mineral kosong untuk diisi pasir dan dibawa pulang. Ada yang mau minta? hehe.

Pasir Merica
Tempat parkir di Pantai Kuta Lombok


Perjalanan kami tidak berhenti sampai disitu. Sebelum menuju airport, kami pun berkunjung ke Desa Sade yang letaknya di Lombok Tengah. Desa ini merupakan salah satu desa tempat tinggal asli Suku Sasak. Sade ini terkenal dengan kain tenunnya. Dari cerita yang diceritakan tour guide kami, cewek di desa ini belum boleh menikah kalau tidak bisa menenun. Mungkin karena itu lah tradisi menenun di desa ini pun tetap berkembang sampai sekarang. Gadis-gadis di desa ini juga harus menikah dengan yang pria yang sama-sama Suku Asmat. Kalau mereka ingin menikah dengan pria berbeda suku, si pria itu harus membelikan beberapa kerbau sebagai mas kawinnya.

Ngomong-ngomong soal kerbau, dinding rumah tradisional Desa Sade ini berbahan dasar kotoran kerbau lho. Hebat kan? Jadi kotoran kerbaunya di campur dengan air dan tanah agar bisa dibentuk dan makin kuat menopang. Kenapa pake bahan dasar itu? Karena kotoran kerbau dipercaya dapat memberikan efek hangat didalam ruangan dan didalamnya terkandung zat yang dapat mengusir nyamuk.

Rumah tradisional Suku Sasak
Atap rumah yang terbuat dari ijuk
Kain tenun di Desa Sade memang asli buatan tangan mereka sendiri. Di desa ini kita juga bisa melihat wanita-wanita yang sedang menenun kain secara langsung. Mereka juga menjual hasil tenunannya itu dalam bentuk kain, taplak meja, sarung, selimut, dan juga slayer. Saya, Ka Dita, dan Kisty juga ikut membeli kain tenun disini. Bingung sekali saat memilihnya karena rata-rata semuanya memiliki corak yang unik. Oiya, jangan takut untuk menawar ya kalau mau membeli, hehe. Selain menjual kain tenun, mereka juga menjual berbagai perhiasan dan pernak-pernik khas sasak dengan harga yang lumayan terjangkau.

Penenun di Desa Sade
Kain Tenun Desa Sade
Pintu Masuk Desa Sade
Tidak terasa saya sudah melewati tiga hari dua malam berlibur bersama Ka Trinity, Ka Dita, dan Kisty. Rasanya puas sudah bisa berjalan-jalan di Pulau yang sangat indah ini. Setelah puas berkunjung ke Desa Sade pun kami melanjutkan perjalanan pulang menuju Bandar Udara Internasional Lombok. Pas sampai di bandara ternyata pesawat kami di delay. Ingin rasanya kami kembali jalan-jalan keluar bandara. Tapi kalau dipikir-pikir ya mepet juga sih. Akhirnya kami memutuskan untuk muter-muter keliling bandara yang masih baru dan bagus ini.

Bagian depan Bandara
Seperti bandara pada umumnya, disini juga terdapat pertokoan yang menjual cinderamata khas Lombok. Menurut saya harga oleh-oleh di bandara ini standar tidak terlalu mahal. Saya sempat membeli kemeja tenun untuk ayah saya dengan harga yang tidak terlalu mahal. Satu hal yang saya sesali adalah tidak membeli postcard dengan gambar Pulau Lombok. Kalau ada yang kesana lagi saya nitip ya :p

Yeah! Akhirnya, selesai sudah perjalanan kami yang sangat menyenangkan. Puas banget rasanya, apalagi semuanya gratis hehe terima kasih Anak Asyik dan Acer ID untuk jalan-jalannya. Ternyata pengorbanan saya untuk membuat blogpost tentang wisata di Yogyakarta itu berbuah manis. Kenapa saya sebut pengorbanan? Karena malam saat saya membuat itu seharusnya saya belajar Biopsikologi untuk ujian besoknya. Tapi berhubung itu adalah hari terakhir pengiriman blog untuk lomba ya jadilah saya membuatnya semalaman :p

Berkat jalan-jalan kemarin itu saya jadi sadar kalau Indonesia menyimpan banyak sekali tempat yang sangat indah dan patut untuk di-explore. Dan berkat ikut lomba blog Anak Asyik itu saya pun juga akan bertekad untuk rajin nulis. Duh.. jadi ketagihan ikut lomba blog kayak ini, hehe.

With Love,
Anin.

17 comments:

Anonymous said...

keren,, jadi pengen travel ke sana... itu kak trinity gak salah pose yah di Pantai? hehe...

Anonymous said...

envy deh sama trip nya :-D selamat yah!

Raisa said...

kamu motret pakai kamera apa yah?
hasilnya bagus..

PacuPacu said...

thats cooll.... ^^ aku sdh rutih 1th skali balik ke lombok.. ^^
gili trawangan emang surganya backpakers dr luar negeri, tp di gili itu ga smuanya bule kok. masih ada org domestik yg melipir ke gili trawangan, terutama klo hari libur its domestic day di gili trawangan.. haaahhahaah

i love ur blog, like to read, feel like i'm on vacation... ^^

Anindya Phalita said...

Hehehe, makasih vanya :)

Anindya Phalita said...

Makasih.. itu foto-fotonya pake Canon 1100d :D

Anindya Phalita said...

Asik banget bisa berkali2 kesana, nagih ya pantainya :D
Pas aku kesana masih ada yg domestik tapi ga sebanyak yg dr luar jd berasa kayak ga di indo hehe. thank youu :)

Anonymous said...

permisi, boleh tny nama hotel-hotel yang km inap i di lombok..karena menarik sekali..btw, nice blog ^^

Anindya Phalita said...

Ayo kesana, dijamin ga bakal nyesel :D
Wah itu udah pose terasyik kayaknya hahaha

Anindya Phalita said...

Wah makasih.. Penginapannya di Hotel Jayakarta Senggigi & Vila Ombak Hotel Gili Trawangan :)

Ade Setio Nugroho said...

nah.. ganti tampilan baru bisa comment.. ._.
niat euy nulisnya.. haha
nanggung tuh cuy, mestinya nyambung ke sumbawa..
lebih joss loh.. heuheu

Anindya Phalita said...

Eh ade! Hahaha harus niat dong
Duh kalo bisa sih mau banget! :')

Desi Elizabeth's blogs. . said...

Hii, salam kenal. .
nemu juga blog yang pernah nginap di Jayakarta Hotel, kebetulan juni besok saya trip kesana.
Mau tanya, resto recommended untuk makan malam apa ya? seafood'a sepertinya enak. .hehehee
harga masih masuk kantong mahasiswa kan?. Thanks.

Anindya Phalita said...

Hai Desi, salam kenal juga. maaf banget baru bisa bales semoga aja belum telat hehehe seafood yg di pinggir pantai senggigi itu namanya Menega, ga jauh dr jayakarta. Makanannya enaaak,tempatnya jg bagus & nyaman :D

Anonymous said...

hi Anin,

Punya contact number tour guidenya ga ya? saya ada plan mau trip sama temen2 ktr.

Anonymous said...

waah enak banget bisa jalan-jalan bareng yach :)
Alfamart Official Partner Merchandise Fifa Piala Dunia Brazil 2014
Hotel Murah Di Jakarta
Unit Link Terbaik di Indonesia Commonwealth Life Investra Link
Maskot Fifa Piala Dunia

nurul rahma said...

Keren buangettt bisa ngetrip ama Trinity aaaakkkk
--bukanbocahbiasa(dot)com--