Sunday, August 14, 2016

Mengajarkan empati pada anak?

“Anak saya susah fokus, susah banget dibilangin. Kalo ngomong dia udah lumayan lancar, gerakannya juga luwes, tapi ya gitu kalo ketemu orang lain langsung takut dia. Saya jadi takut buat masukkin ke PAUD.” 
“Anak saya permintaannya harus langsung diturutin, kalo nggak dia nangis atau marah. Nah bapaknya gak suka kalo denger suara anak nangis jadi setiap dia minta ya langsung dikasih.” 
“Anak saya kalo di rumah banyak omong, tapi pas keluar rumah langsung jadi pemalu. Takut interaksi sama orang lain, maunya ditemenin mamanya terus.”

Itulah beberapa keluhan dari para Ibu muda saat saya memberikan penyuluhan mengenai tumbuh kembang anak di Posyandu kemarin. Untuk mengetahui intervensi apa yang tepat diberikan pada anak memang harus didahului oleh pemeriksaan lebih lanjut pada anak. Namun saya menggarisbawahi bahwa setiap orangtua harus mempersiapkan anak untuk menghadapi dunia luar yang tidak ideal.

Seringkali anak merasa takut jauh dari orangtua karena ia merasa lingkungan di sekitarnya tidak aman baginya, terutama saat anak dihadapkan pada lingkungan baru seperti PAUD atau tempat bermain lainnya. Banyak juga dari mereka  yang langsung menunjukkan perubahan perilaku saat keinginannya tidak terpenuhi. 

Nah, menurut saya yang paling penting untuk dilakukan adalah membangun harga diri anak sejak kecil. Apabila harga diri seorang anak sudah kuat, maka ia akan lebih mudah melakukan adaptasi dan mampu mengontrol perilakunya sendiri. Sejak kecil, anak-anak perlu diajarkan nilai-nilai mengenai kasih sayang, kebersamaan, kerjasama, keikhlasan, mau menolong, mau meminta maaf, mau mengalah, dan nilai-nilai baik lainnya. Dalam upaya membangun harga diri, penting bagi orangtua untuk mengajarkan empati pada anak supaya anak mampu menghadapi lingkungan sosial dengan baik. Kemampuan empati akan menjadi dasar keberhasilan anak dalam menjalin hubungan interpersonal dengan lingkungan sosialnya.

Sumber: atodmagazine.com

Untuk mengajarkan empati pada anak, dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini :

1. Dengarkan 
Dengarkan cerita anak dengan mata, hati, dan telinga. Cobalah untuk melakukan latihan dengan mendengarkan anak selama 5 menit tanpa memotongnya. Dengarkan anak tanpa melakukan aktivitas apapun. Berikan perhatian penuh pada anak saat itu dengan menatapnya selama ia berbicara. Perhatian tersebut penting diberikan supaya anak merasa dirinya dihargai oleh orang lain. Setelah ia merasa dihargai maka nantinya akan lebih mudah baginya untuk menghargai orang-orang di sekitarnya. Selain itu, anak juga akan merasa dicintai karena menurut Paul Tillich, Love is listening. And listening is the best healing.

2. Pahami 
Pahami dengan seksama apa yang disampaikan oleh anak Anda. Jangan langsung memberikan penilaian atas hal-hal yang ia bicarakan. Cobalah untuk memahami dengan melihat dari sudut pandangnya karena biasanya anak-anak usia prasekolah memiliki kecenderungan egosentris. Mereka ingin diperhatikan dan dipahami semua orang. Anak-anak yang merasa dirinya dipahami akan terbiasa belajar untuk memahami orang lain. Keinginan anak untuk memahami sesuatu merupakan modal utama yang memotivasi mereka untuk terlibat dalam proses pembelajaran yang lebih kompleks di sekolah.

3. Refleksi
Kemampuan empati akan didapat melalui proses belajar reflektif pada anak. Cobalah untuk melakukan latihan dengan media cerita dongeng. Misalnya, bacakan buku cerita dongeng mengenai Si Kancil yang Mencuri Ketimun. Setelah selesai membacakan, tunjuk gambar yang ada di buku cerita dan tanyakan pada anak: “Bagaimana perasaanmu jika menjadi si Kancil?”. Hal tersebut juga dapat dilakukan dengan menanyakan perasaan anak saat menonton berita di televisi. Anda dapat menanyakan: “Bagaimana perasaanmu jika Ayah sakit seperti orang yang ada di berita itu?”. Kemampuan melakukan refleksi tersebut akan mendorong anak untuk lebih memahami dunia di sekitarnya. Anak akan terbiasa menunjukkan empati sehingga ia akan berperilaku baik karena mampu melihat dari sudut pandang orang lain. Ia akan belajar menjadi pribadi yang suka menolong, mau meminta maaf saat merasa salah, dan mampu bekerja sama dengan teman-teman sebayanya.
Awalnya mungkin sulit untuk mengajarkan empati pada anak. Oleh karena itu, lakukan hal-hal kecil dan sederhana dengan dasar cinta, ketulusan, dan kesabaran supaya anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Sumber: quotesgram

With Love,
Anindya Phalita Padma, S.Psi


No comments: