“Mama.. mau buku ini mau mau..” Ujar seorang anak sembari menyodorkan dua buah buku cerita kepadanya Ibunya.
Seketika Ibunya pun menjawab dengan raut wajah dan nada suara marah, “Nggak.. nggak pokoknya nggak.. buku yang di rumah aja belum dibaca kan!”
Setelah itu anak tersebut berlarian di lorong toko buku dan Ibunya pun menegur dengan nada marah, “Jangan lari kayak gitu kenapa sih! Kalau masih lari gitu mama marah!”
Percakapan seperti itu saya dengar ketika berada di salah satu toko buku di Jakarta. Gaya percakapan yang sama mungkin juga seringkali terdengar di lingkungan sekitar kita, dengan konteks ‘permintaan’ anak dan respon orangtua yang berbeda-beda. Apabila interaksi yang sama seperti cuplikan percakapan di atas terjadi secara berulang-ulang dan terus menerus dalam setiap interaksi antara anak dan orangtua, maka akan menimbulkan perasaan yang berbeda pada anak mengenai dirinya sendiri. Secara perlahan anak akan belajar bahwa dirinya tidak dipedulikan oleh orang-orang terdekatnya, karena orang-orang terdekatnya merespon kebutuhan dan keinginannya dengan amarah.
Dalam menjalani hari-hari di rumah bersama anak, pasti ada saat-saat dimana orangtua merasa begitu lelah, terutama ketika menghadapi hari-hari saat jam tidur orangtua hanya sedikit, rumah yang sangat berantakan setelah anak bermain, anak yang tidak mau makan ketika sakit, anak yang tantrum ketika keinginannya tidak dituruti, dan hari-hari lainnya yang menguras emosi ketika pekerjaan kantor pun terasa begitu berat. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan orangtua seringkali secara tidak sadar merespon perilaku anak dengan cara yang kurang baik.
Namun demikian, setiap orangtua pasti menginginkan anaknya dapat tumbuh menjadi seseorang yang luwes dalam bergaul, peduli dengan orang lain, menunjukkan prestasi terbaik di bidang akademis maupun non-akademis, memiliki kreativitas beserta wawasan yang luas, mampu bekerja keras dan juga bertanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Sebelum mempelajari barbagai hal terkait pola asuh dan perkembangan anak. Sekarang cobalah untuk bertanya pada diri sendiri :
Sama seperti halnya ketika berada dalam situasi wawancara kerja. Seringkali pewawancara menanyakan, “Apa yang ingin anda berikan untuk perusahaan ini? Apa saja yang telah anda lakukan ketika bekerja di perusahaan lama?” atau “Bagaimana cara kerja anda selama ini? Dan apa tujuan anda menerapkan cara kerja tersebut?”.
Dalam lingkup interaksi dengan anak, cobalah untuk menyadari apa yang sebenarnya anda inginkan untuk anak-anak anda? Kualitas diri apa yang anda harap dapat mereka kembangkan dan terus mereka bawa hingga dewasa?
Lalu cobalah untuk mengingat-ingat, apa yang selama ini sudah dilakukan untuk mengembangkan kualitas tersebut dalam diri anak anda? Cobalah untuk merefleksikan bagaimana pola interaksi anda dengan anak selama ini. Sadari sepenuhnya terkait aturan apa yang anda terapkan selama di rumah, beserta nasihat apa yang terus anda utarakan pada anak terkait interaksi anak dengan lingkungan di luar rumah. Dan terakhir, cobalah juga untuk menyadari apa tujuan anda menerapkan hal-hal tersebut?
Sadari hal-hal tersebut, supaya setiap harinya kita mampu melakukan segala sesuatu secara sadar dan konsisten sesuai tujuan.
With Love,
No comments:
Post a Comment